antar Kabupaten di Propinsi Aceh juara I Putri. Tahun 1966, menjadi anggota Paskibra; waktu gladi bersih dikritik karena tinggi badan yang kurang dari 155 cm. Tanggal 16 Agustus sore Balqis meminjam sandal tinggi dari makcikya, maka pada 17 Agustus 1966 Balqis sudah jadi pembawa bendera dengan tinggi 160 cm, semua yang hadir bingung (kok bisa tinggi). Ia aktif mengikuti organisasi pelajar (PII) dan pada tahun 1966 ikut dalam demonstrasi, bergabung dalam KAPPI (Angkatan 66).
Pada tanggal 17 Maret 1968 (hanya 9 tahun bersama orang tua), Noor Balqis menikah dengan Ir. M. Abdul Aziz Ibrahim, seorang Insinyur Pertanian tamatan IPB, yang merupakan putra daerah yang berasal dari Sigli. Meskipun perkenalan singkat saja, waktu berobat mata di Medan. kepatuhan Noor Balqis pada orang tua dan kebaikan pribadi Aziz yang didengarnya dari keluarga yang berada di Medan, membuat Noor Balqis yakin untuk membina rumah tangga. Dari pernikahan yang hanya 17 tahun dikarunia 3 (tiga) orang anak (1 Putra dan 2 Putri), dan dari ketiga anak mendapat 7 (tujuh) orang cucu :
- Muhammad Iqbal
- Hj. Zuhrina Masyitah
- Nuraiza Meutia, Ph.D
Setelah berumah tangga, mereka tinggal di perkebunan di Sumatera Utara mulai dari Dolok Ulu, Gunung Pamela, Bandar Bejambu, Batang Toru terakhir di Langsa. Sebagai istri Manager ia bertanggung jawab membina istri dan anak karyawan. Saat itu Noor Balqis melihat anak karyawan usia TK tidak sekolah, diperkebunan hanya ada SD dan TPI (Taman Pendidikan Islam) sedangkan anak staf dan anak Manager dapat bersekolah TK ke kota. Balqis teringat masa kecilnya yang bahagia dapat bersekolah, maka tahun 1978 ia menggagas untuk membuka TK di Balai Karyawan bagi anak karyawan Bandar Bejambu bernama TK Kenanga, nama bunga legendaris di Aceh.
Tahun 1979 Ir. Aziz dipindah tugaskan jadi Manager perkebunan Batang Toru, Tapanuli Selatan. Puteri bungsunya menangis ketika pulang dari sekolah TK Aisyiah, karena disana kegiatan belajar dilangsungkan dengan bahasa daerah. Maka dalam waktu 2 minggu Balqis mendirikan TK Bina Budi, dan satu bulan kemudian membuka TK di kecamatan (TK Batang Toru). Pada tahun 1980 Ir. Aziz Ibrahim dipindahtugaskan ke Aceh Timur sebagai Direktur Produksi. Maka Balqis sebagai istri direksi yang punya wewenang lebih luas terus membuka beberapa TK di PTP I Langsa. Alhamdulillah sekarang setiap afdeling ada TK. Ditengah kesibukan sebagai ibu dan pengurus Dharma Wanita, Balqis menggunakan sebagian waktunya untuk melanjutkan pendidikan formal, yang dahulu belum sempat dilakukannya. Maka pada tahun 1982 ia mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum. Sekalian ke kampus dengan Ir. Aziz Sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Samudera Langsa, karena tahun 1985 Ir. Aziz meninggal, maka kuliahnya tidak selesai.
Pada tanggal 4 Maret 1985 kembali kehidupan Balqis mengalami guncangan, ketika Ir. Aziz Ibrahim berpulang kepada Sang Khalik. Balqis bersama ketiga anaknya kembali ke Medan, ke rumah yang telah dibangun sejak tahun 1978. Kehidupan yang sebelumnya mudah menjadi berat, namun Balqis tetap berkeyakinan untuk sanggup membesarkan ketiga anaknya sebagaimana kehidupan ketika masih memiliki ayah. Maka ia mengaktifkan perusahaan PT. Azitec, yang dahulu didirikan Ir. Aziz Ibrahim dan merintis usaha menjadi suplier ke perkebunan PTP II Tj. Morawa dan PTP IV Gunung Pamela.
Meskipun besarnya tanggung jawab sebagai orangtua tunggal, kegiatan organisasi tetap dilakukannya, dan kembali memulai kuliah pada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, mendapat gelar Sarjana Psikologi pada tahun 2000 (pada usia 52 tahun). Sikap berorganisasi yang profesional dan amanah membuatnya dipercaya sebagai pendiri dari: